Minggu, 28 Mei 2017

#Entropi 2 || P(UAS)A

"Salah satu cara UPI menyambut bulan suci Ramadhan adalah dengan UAS."
- kata salah satu OA UPI-base

JICA. Gambar oleh Nana

Salah satu kegiatan yang entah berfaedah atau tidak, tetapi hobi sekali saya lakukan--dan mungkin hampir segenap umat lakukan juga--adalah nge-scroll timeline media sosial. Kadang memang banyak manfaatnya, terutama kalau friendlist kita sudah "terseleksi". Jadi apa-apa yang muncul di timeline itu memang nambah wawasan, terlepas dari seberapa besar "nilai kebenaran" wawasan baru tersebut. Oleh karenanya, coba deh, dari sekarang diseleksi lagi "pertemanan"-nya, baik di Line, Facebook, Instagram, Twitter, pun medsos-medsos lainnya. Follow banyak akun berita, pemikir-pemikir bertanggung jawab (karena nggak semua orang yang berpikir dan berbagi pemikirannya juga memikirkan pertanggungjawaban dari pemikirannya), dan fanspage bermanfaaat lainnya. Indeed, you-are-what-you-read. Percayalah, apa yang sering kamu baca saat ini (di timeline, salah satunya) adalah bagaimana dirimu di masa nanti.

Ya, yang itu tadi intermezzo aja dan sebenarnya nggak begitu nyambung sama apa yang ingin saya bagi di Entropi yang satu ini.

Tadi pagi saat nge-scroll timeline Line, ada sebuah postingan selamat berp(UAS)a dari salah satu OA. Kemudian tersadar kalau saya ini masih punya kewajiban di kampus, hehe kemarin sempet lupa kalau ada yang namanya UAS. Apa itu UAS? Nama makanan? 

"Tolong definisikan UAS!"
UAS
Ujian Agak Serius
Ujian Anti Santai
Ujian Agar Sukses
Ujian Anak Sekolah (jadi kalau udah kuliah namanya UAK)
Hehe, mohon maaf nirfaedah. UAS, seperti yang sudah kita ketahui adalah akronim dari Ujian Akhir Semester. UAS ini biasanya menjadi momen harap harap cemasnya anak kuliah, karena saat UAS lah seseorang dapat membuktikan sudah sejauh mana pencapaian akademiknya di kampus.

Kita merayakan kedatangan Ramadhan Mubarak ini dengan UAS, sebagai ujian pertama yang secara nyata kita hadapi. Ujian pertama? Iya gais, karena selain UAS, ada ujian lain yang akan dan tengah kita hadapi di Ramadhan ini, yaitu ujian melawan hawa nafsu.

*lalu flow tulisan tiba-tiba naik*

Pernahkah kita terpikir,

kalau di hari-hari biasa, iblis dan pasukan setannya akan mudah wara-wiri mengangkasa. Mencari teman sebanyak-banyaknya untuk menemani di neraka.

Namun di Ramadhan karim ini, mereka dibelenggu (meskipun ada tafsir yang menyebutkan bahwa makna "dibelenggu" di sini bukanlah secara mutlak).

Namun di Ramadhan karim ini, kita tidak dihadapkan lagi pada iblis dan pasukannya. Kita tidak diuji lagi dengan bujuk rayu mereka. Kita sempurna hanya berhadapan dengan diri kita sendiri.

Di bulan ini, kita hanya berperang dengan diri kita sendiri. Dengan hawa nafsu kita sendiri. Dengan kemalasan, ke-mager-an, ketidakproduktifan kita sendiri.

Maka, jika saat ini hanya ada diri kita. Apakah ini diri kita yang sejati? Tanpa setan yang mengintervensi? Apakah benar diri kita masih saja sehina ini?
"Dalam Ramadhan, Allah kenalkan kita pada kesejatian diri. Ketika aroma ibadah pekat dan syaithan dibelenggu; apakah hawa nafsu masih menggebu?" -Salim A. Fillah
Kini, cermin itu hanya dihiasi oleh diri kita sendiri. Maka selamat merefleksi. Semoga dapat terus menjadi perbaikan diri. Aamiin Ya Rabbal 'alamiin.

***

Minggu, 2 Ramadhan 1438 H 

0 komentar:

Posting Komentar