Jumat, 20 Februari 2015

Selalu Adakah Tujuan?

"Kalau hidup sekadar hidup, babi hutan juga hidup. Kalau kerja sekadar kerja, kera juga bekerja." -Buya Hamka

Lanskap Padang Pasir Bromo, captured by Alifia

Sudah lama saya tidak menulis di sini. Terharunya, vakum ngeblog selama sekian bulan membuat beberapa sahabat menegur dan menagih tulisan saya terus-menerus. Oleh karenanya, saya persembahkan tulisan perdana ini untuk orang-orang tersebut, manusia-manusia yang tiada lelah menarik kembali jiwa yang sudah lupa caranya menulis ini.

Saya saat ini sedang menjalani masa di kelas 2 SMA, yang kata orang merupakan saat di mana kamu akan berubah menjadi kamu yang seterusnya. Ya, masa-masa penemuan ajaib sepanjang hidup bagi tiap orang yang lahir ke dunia. Inilah masa penemuan dan penentuan jati diri.

Berbicara soal jati diri, banyak di antara kita yang masih bertanya-tanya soal jati dirinya. Sayangnya, kita juga lupa tujuan hidup masing-masing. Bagaimana bisa menemukan jati diri tanpa menemukan tujuan hidup terlebih dahulu? Bahkan dari hal yang paling kecil, kita selalu lupa tujuan sesungguhnya mengapa berapa di sini, bersama orang-orang ini, dan di saat ini.

Kedangkalan tujuan memperpendek usia bertahan

Mengapa saat ini saya tertarik membahas tujuan? Sebab hari ini pun saya belajar banyak mengenai alur pikir dan tujuan tiap orang. Kebetulan akhir-akhir ini organisasi di sekolah saya sedang ramai mengader adik kelas. Salah satu tantangan dalam pengkaderan yang satu ini adalah mengumpulkan tanda tangan senior. Jumlah senior yang 56 orang tentu bukan PR mudah bagi peserta kaderisasi. Apalagi bila seniornya memberikan tantangan sulit bin ajaib demi mendapat tanda tangannya. Mm, tapi saya tidak akan memberikan opini mengenai sistem ini. Saya lebih tertarik dengan apa yang saya temukan di sini.

Jadi, tiap peserta yang meminta tanda tangan saya selalu saya tanya tujuannya berada dalam organisasi ini. Sayang sekali saya banyak dikecewakan dengan tujuan yang klise, tidak jelas arahnya, dan individualis. Sebut saja belajar berorganisasi, belajar manajemen waktu, mencari teman, dll. Sudut pandang saya -yang mungkin saja salah- merasa tujuan tersebut masih begitu dangkal untuk dijadikan sebuah tujuan. 

Mengapa? Bila tujuan kita melakukan sesuatu supaya mendapat keuntungan A, apakah ketika keuntungan tersebut tidak lagi datang kepada kita, kita akan tetap mempertahankan sesuatu tersebut? Kalau saya sih bakal undur diri, pergi, atau lari saja hahaha. Lho kok? Iya kan tujuan kita sudah tidak bisa kita dapatkan lagi kalau berada di sana? Buat apa dipertahankan?

Bukan berarti saya punya tujuan yang mahakokoh. Saya juga pernah kehilangan tujuan. Sering. Saat itu tujuan saya masih begitu abstrak dan abu-abu. Saya bagai melakukan sesuatu yang saya tidak tahu kapan ujungnya. Saya jenuh sekali dengan apa yang saya lakukan karena saya tidak tahu kenapa saya melakukannya selain karena alasan klise di atas.

Namun harus selalu ada tujuan! Bukan hanya tujuan klise, dangkal, dan tidak jelas. Tujuan tidak boleh asal-asalan atau pekerjaan kita juga akan lebih asal-asalan. Kita tidak mungkin hidup seperti babi hutan dan kera kan? :)

Apa tujuan terbaik yang bisa dimiliki seorang muslim?

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” 
(QS. Al-Baqarah:30)

Haha yap. Tujuan hidup manusia? Biasanya akan dijawab "khalifah Pak/Bu!" oleh anak-anak kecil berseragam TPA. Jawaban tersebut tepat sekali namun sulit kan kalau kita mau menjadikannya sebagai tujuan suatu pekerjaan yang kita lakukan? Kita masih bingung dengan subtansi kata khalifah itu sendiri kan? Siap iya siap tidak? :)

Khalifah punya makna yang cukup luas. Cukuplah kita memaknainya sesuai dengan kesanggupan kita. Bagaimana kalau... berdakwah? (lagi nego ceritanya haha)

Berdakwah merupakan salah satu kata favorit saya akhir-akhir ini karena saya melihat banyak hal menarik yang bisa saya ambil dari kata tersebut. Mulai dari kesadaran "eh ternyata dakwah itu wajib lho." Sampai kepada fakta bahwa makna dakwah tidak sesempit yang kita pikirkan. Ada yang bilang, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan adalah dakwah. MasyaAllah.

"sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain"

Banyak tokoh publik yang ternyata menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya meskipun mereka berada di sebuah badan heterogen besar seperti pemerintahan. Mereka luar biasa. Memberikan perspektif yang indah mengenai Islam dan syariatnya. Mereka berdakwah dalam perbuatan dengan menjalankan syariat Islam dengan kukuh, tanpa perlu menggurui orang lain mengenai Islam itu ini dan itu. Prinsip dakwah yang kokoh diiringi dengan kontribusi yang positif dan berpengaruh akan memberikan impact luar biasa. Sebuah Domino Effect yang positif. InsyaAllah banyak orang akan terpengaruh dakwahnya, meski orang tersebut tidak pernah menasihati apa-apa, tetapi perbuatan, akhlak, pakaian, dan keindahan tutur katanya menjadi dakwah untuk orang lain.

Ingin berdakwah tetapi bukan pejabat di suatu tempat? Ingat satu hal lagi: posisi tidak mendefinisikan aksi.

Semua orang bisa menjadi ketua A, koordinator B, atau pejabat di pemerintahan C, tetapi tidak semua orang bisa memberikan effort yang sama besar dan baiknya di mata Allah. Lakukan saja kontribusi terbaik dengan niat tulus berdakwah karena posisimu saat ini tidak membatasi hal yang bisa kamu berikan pada orang lain. Wallahu a'lam bisshawab.









0 komentar:

Posting Komentar