Rabu, 15 Mei 2019

Mencuri Rahasia Waktu: BUKAN SPOILER ENDGAME!

Hai kita! Jiwa-jiwa yang suka merasa keteteran akibat urusan dunia. Saya pernah mendengar sebuah rahasia sederhana, kalau-kalau penasaran, sila baca tulisan di bawah ini ya! :)

*Tulisan ini didedikasikan kepada orang-orang yang setia menagih tulisan baru di blog saya. Terima kasih! Semoga jejak tulisan ini bisa mengabadi, menjadi energi yang terus bertransformasi menjadi wujud yang lebih berarti!

Image result for endgame wallpaper
Disclaimer: gambar hanya pemanis, bukan pengawet ataupun penyedap 

Sebelum memulai semuanya, mari menjawab pertanyaan ini dalam hati masing-masing:
  1. Coba sebutkan satu per satu amanah atau janji atau hutang atau tugasmu yang belum kamu tunaikan...
  2. Sekarang, coba kamu evaluasi sudah seberapa besar progresnya...
  3. Lalu, coba cek lagi apakah selama melakukan progres tersebut, caranya telah baik, benar, dan tak salah niat?
  4. Terakhir, coba data lagi apa yang harus kamu lakukan esok hari untuk menuntaskannya dengan optimal....
yang di atas tadi adalah salah satu contoh dari evaluasi amanah, sesuatu yang katanya harus rutin kita lakukan tiap hari. Bukan sekadar amanah organisasi dan kepanitiaan, melainkan juga amanah akademik, amanah tubuh, amanah keluarga, hak pada fakir miskin, hutang dan janji pada orang lain, dst dst.

Ketika melakukan evaluasi amanah, kadang saya greget karena mendapati betapa banyak kelalaian saya. Betapa banyak yang belum tuntas. Betapa banyak yang tuntas tapi tidak optimal. Betapa banyak yang tuntas tapi entahlah berkah atau tidak di mata-Nya.

Kadang, rasanya ingin sekali punya jam ke-25. Injury time! Hingga bisa mencetak hattrick di detik terakhir bak Lucas Moura. Atau seperti Hermione Granger yang dengan kalungnya bisa kembali ke masa lalu. Atau mungkin seperti Scott Lang yang bisa ***************************. Atau bagaimana pun caranya, agar bisa mengoptimalkan waktu yang terlewat di masa lalu, agar lebih banyak urusan yang bisa diselesaikan, SEKALIGUS! :'

Tapi... apa benar demikian caranya?

Salah satu nasihat dari Imam Al-Ghazali yang amat melegenda adalah tentang enam-hal-yang-paling di dunia...

Hal yang paling dekat adalah kematian;
Hal yang paling jauh adalah masa lalu;
Hal yang paling besar adalah hawa nafsu;
Hal yang paling berat adalah menanggung amanah;
Hal yang paling ringan adalah meninggalkan shalat;
dan hal yang paling tajam adalah lidah manusia

Yes! Masa lalu itu jauh sekali, bahkan meski hanya terlewat sedetik saja. Jika sudah lewat, ya terewat sudah.

Tapi...jeng jeng jeng, waktu itu relatif! Bukan hanya kata Albert Einstein, melainkan kata Alquran juga! Wait... what? Ini buktinya...
  1. Cek kisah Ashabul Kahfi! Dikatakan ketujuh orang pemuda tersebut tertidur selama 309 tahun di dalam gua. Tapi kok nggak kerasa lama ya? Hmm....
  2. Cek kisah Isra' Mi'raj! Perjalanan pp Makkah-Yerusalem yang berjarak 1.507,9 km (lebih jauh ketimbang jarak Bandung-Padang!), belum lagi naik-turun ke Sidratul Muntaha... tapi kok bisa itu semua selesai dalam satu malam ya? Hmm....
  3. Bagaimana ketika nanti kita mati? Bukankah tiba-tiba saja akan dibangunkan menuju hari kebangkitan? Yang beratus tahun lamanya bisa terasa sekejap?
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."
(QS. As-Sajdah:5)

Waktu itu relatif bahkan sebelum Einstein meneorikan E = m c^2. Sehingga bagi yang paham--semoga kita termasuk di dalamnya--kerelatifan waktu ini harusnya dapat menjadi senjata dalam menjalani kehidupan.

Karena waktu itu relatif, seorang muslim harusnya pandai dalam "memainkannya". Sehingga, berikut ini ada 3 tips meng-hack waktu khusus untuk kita:

1. Keteteran? Tambah Kesibukan!

Ini bukan clickbait! Banyak dari keteteran yang (dibanding diakibatkan oleh banyaknya kesibukan) justru diakibatkan oleh perilaku menunda-nunda. Betul atau betul?

Lah, kok bisa demikian? Coba perhatikan diagram energi aktivasi berikut baik-baik... (FYI dalam ilmu kimia, energi aktivasi adalah energi yang harus dilampaui agar suatu reaksi bisa terjadi)

Image result for energi aktivasi endoterm
source: mbah Google

Pernah nggak sih kamu lagi tidur-tiduran terus diminta buat melakukan suatu hal oleh orang tua? Rasanya malas banget bukan? Atau karena keasikan scrolling Instagram, tugas-tugas kuliahmu baru disentuh menjelang tengah malam. Pernah?

Sekarang, pernah nggak sih kamu maraton ke beberapa rapat dalam sehari? Atau... sehabis bersih-bersih kamar rasanya langsung enak buat memulai belajar? Pernah?

Ini rumusnya: ternyata, berpindah dari aktivitas buruk ke aktivitas baik itu jauh lebih sulit dibanding berpindah dari aktivitas baik ke aktivitas baik lainnya. Kenapa bisa demikian? Karena ada energi aktivasi yang harus kita lampaui untuk mencapai kondisi yang lebih baik (re: aktivitas yang lebih bermanfaat).

Itulah mengapa, kebanyakan di antara kita merasa mager-nya tuh di awal saja. Pas udah mulai, eh ternyata nikmat saja. Ini ada hipotesisnya, sila cek di TedTalk-nya Mas Urban, bahwa seringnya perilaku menunda-nunda itu akibat fatamorgana easy and fun. Yang padahal tetap bisa kita peroleh dengan menuntaskan pekerjaan kita.

Jadi, agar kita tak melulu terjebak oleh besarnya energi aktivasi tersebut, perbanyak saja aktivitas kebaikan kita. Seperti perintah Allah dalam QS. Al-Insyirah ayat 7: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Ayat tersebut nggak bilang jika kamu telah selesai dari suatu urusan, maka beristirahatlah. Bukan! Tapi kerjakanlah hal lain dengan sungguh-sungguh :') Artinya... agama ini sudah mengajarkan pada kita untuk tidak memutus siklus kebaikan, karena sekalinya terputus, akan cukup sulit untuk kembali beraktivitas kebaikan.

2. Doa Kojo

Ini doa kojo banget yaampun! Bahkan diksinya aja indah betul, cekidot:
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada Fathimah Radhiyallahu 'Anha,
مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِي مَا أُوْصِيْكِ بِهِ، أَنْ تَقُوْلِي إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ: يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، يِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
"Apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang aku wasiatkan kepadamu? Hendaknya saat berada di pagi dan sore hari engkau mengucapkan, ‘Wahai Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata’.” (HR. Al-Nasai)
Jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata :') Pernah Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata: “Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya”

Percayalah, ketidakteraturan urusan kita hari ini pastilah diakibatkan ketiadaan keterlibatan-Nya. Karena bagi Allah, daun yang jatuh saja sudah ada perhitungannya. Secanggih itu gaiis! :'

Kalau Allah udah ngurusin, semua beres!

3. Gunakan Perhitungan Allah

"Kewajiban kita jauh lebih banyak ketimbang waktu yang tersedia," - Hasan al-Banna

Matematikanya Allah tidak pernah sama dengan matematikanya manusia. Dari kisah Isra' Mi'raj kita meyakini bahwa mudah sekali bagi Allah untuk memadatkan apa yang seharusnya panjang. Pun dalam banyak urusan kita, bisa saja hal yang awalnya tidak mungkin kita lakukan dalam sehari menjadi mungkin karena kuasa-Nya. I'm possible!

Tapi, semua itu tak serta merta diberikan pada siapa pun hamba-Nya, melainkan hanya kepada hamba yang pantas memperolehnya.

Agar dapat mendapat akses ke perhitungan Allah, kita harus memantaskan diri. Salah satu caranya adalah dengan terlebih dahulu menunaikan seluruh hak-Nya.

Semepet apapun itu, jika kita memilih percaya, tunaikan saja dulu tilawah, shalat dhuha, dan amal-amal lainnya sebelum memulai aktivitas lainnya. Karena matematikanya Allah memang amat berbeda, hal ini tidak akan pernah bisa sampai ke nalar manusia. Namun, percayalah :) Dengan menunaikan hak-Nya, dengan menolong agama-Nya (QS. 47:7), kita akan dimudahkan dalam banyak urusan kita. InsyaAllaah.

Wallahu a'lam bish shawwab.

***

10 Ramadhan 1440 H

1 komentar: