Senin, 20 Juni 2016

Hendak Sampai Kapan?

[refleksi]

"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing 
atau bahkan seperti orang yang sekadar lewat (musafir)."
(HR. Bukhari no. 6416)

Ada beban. Ya, ada beban pada setiap manusia yang lahir ke dunia. Bukan beban biasa karena ia adalah beban amanah yang--dalam wejangan Imam Ghazali--merupakan hal paling berat di dunia ini.

Amanah yang sama. Dahulu kita semua pernah mengikrarkan janji yang serupa. Syahadat sebelum turun ke alam dunia. 
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172). 
Memang mungkin kita semua sudah lupa. Namun tak pula kita bisa sangsikan firman-Nya dalam alquran mulia. Tanya: hendak lupa sampai kapan?

Ada kita yang sudah menyadari bebannya. Namun juga selalu melangkah dengan sombong seakan lupa. Namun juga mendobrak batasan menjadi alpa. Namun juga berdalih untuk hidup seakan dunia untuk selamanya. Hendak sampai kapan?


Hendak sampai kapan? Padahal hati sudah keruh babak belur, sementara umur terus mendekati kubur. Astaghfirullah. Ampunilah kami Ya Allah, ampunilah kami.
Senin, 06 Juni 2016

METAMORF [III]

Sudah berapa laksa bincang kita menuai senyap?
Padahal aku tak pernah membubuhi titik,
kau hanya berlalu.
Pelesat pilu.

Ada aku di balikmu.
Mengukir pisah di punggung yang tengah berlalu itu.
"Sampai bertemu,"
biar bincang kita selesai di sini dulu

[Bagian Ketiga: Memahami]

mari duduk sejenak sebelum cangkir (dan bincang kita) lenyapgambar oleh Rafika

[baca dahulu]

Manusia sering terjebak pada pertanyaan: apa yang sesungguhnya harus diperjuangkan? Namun suatu hari aku bertemu dengan lelaki ini. Dia berhasil membuat segalanya tampak sederhana. Dia berkata, perjuangan bisa jadi ialah barisan doa. Doa yang ditambatkan kencang-kencang pada bintang karena dia sempat khawatir doa itu akan jatuh berpulang ke bumi. Ia khawatir kalau kalau doa itu ikut mati bersama tanah atau membusuk menjadi kompos. Lelaki itu menjaga doanya rapat-rapat dalam ransel supaya tidak ada yang mencuri dengar. Bahaya bila ada! Doa tentang perempuannya tidak boleh diketahui siapa pun (untuk saat ini). Sampai sang lelaki bisa kembali dengan bekal yang lebih layak. Kembali pada sang perempuan dengan perbincangan yang semoga nantinya tiada usai. Tidak menuai senyap seperti yang terjadi hari ini.

Info Beasiswa: Dataprint

Salah satu program beasiswa nasional yang sampai saat ini gencar diadakan adalah Program Beasiswa Dataprint. Sebagai salah satu program kerja CSR (Corporate Social Responsibility), Beasiswa Dataprint kini telah memasuki tahun keenam dengan lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi pelajar dan mahasiswa penerimanya.

sumber: Google
Dikutip dari website resmi Beasiswa Dataprint, di tahun 2016 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Periode pertama berlangsung dari tanggal 27 Januari sampai 20 Juni 2015. Beasiswa juga terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Nah, bagi teman-teman yang ingin mencoba peruntungannya di program ini, silakan kunjungi website Beasiswa Dataprint. Jangan lupa juga untuk mengecek persyaratannya di link ini.
Semoga sukses untuk kita semua! :)