Selasa, 20 Maret 2018

VALENSI (III)

[masih sebuah imaji]

"Hendak ke mana?" tanyaku parau--pada kamu yang berlalu tanpa ba bi bu.

"Bukan tentangmu. Maaf, kali ini benar-benar bukan," datar, matamu hanya memerhatikan ubin-ubin abu.

"Memang sejak kapan," ujarku tertahan, "sejak kapan sesuatu menjadi tentangku?" akhirnya tanya itu kuputuskan untuk dilontarkan.

Kamu terdiam.

Barangkali memang aku salah mengucapkan. Dan aku menyesal sudah menanyakan.

"Apakah harus ada awal," katamu kemudian, "untuk sesuatu yang tidak memiliki akhir?"

Kamu pergi. Menyisakan aku, langit biru, dan keabsurdan sebuah jawaban.
*

BAGIAN KETIGA: ENERGI KISI

Bagian Sebelumnya:
Minggu, 18 Maret 2018

#Entropi 4 || Menghebat

Pada suatu hari yang biasa-biasa saja. Pukul 7 malam tepatnya, saya mengajar di tempat yang sama, murid yang sama, buku latihan soal yang sama, meja belajar yang sama, ah semua serba sama.

Kemudian ada yang berbeda.

"Ibu, aku mau ngebahas soal ini. Udah agak lama sih, tapi masih bingung," kata murid saya seraya menyodorkan selembar kertas bertuliskan persamaan-persamaan matematika. Nahas memang, di umur semuda ini saya sudah dipanggil ibu di sana. Namun tak apa, pikir saya, bersyukur sajalah masih dipanggil ibu, belum dipanggil nenek ataupun uyut, kan? Hehe #SyukurItuDidatangkan.

"Soal ujian?" tanya saya sambil mengambil lembar yang ia sodorkan. Ditimpali dengan anggukan dari yang bersangkutan. "Coba dikerjakan lagi sama kamu," sambut saya.

Gambar oleh Sami
Sabtu, 17 Maret 2018

[Unsur] Oksigen: Shobahul "Mbakyu" Layli

"Kita itu wanita kondisional. Diajak susah ga nyusahin, diajak berkelas ga malu-maluin," (Shob, 8 Juni 2017)
 *

Tulisan ini mengenai seorang perempuan tangguh yang membuatku selalu tahu kalau persahabatan itu benar-benar nyata dan bukan basa-basi semata.

10 Juni 2017