Minggu, 06 November 2016

Di Mana Aku Berada?

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” 
(HR. Tirmidzi no. 2260)

[sebuah refleksi]


Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan.
Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tidak berbekas dalam perbuatan.

Ada orang baik tapi tidak berakal, 
ada orang berakal tapi tidak beriman. 

Ada yang berlisan fasih tapi berhati lalai,
ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.

Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis,
ada ahli maksiat tetapi rendah hati bagaikan sufi.

Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, 
ada yang banyak menangis tetapi karena kufur nikmat.

Ada yang murah senyum tetapi hatinya mengumpat, 
ada yang berhati tulus tetapi wajahnya cemberut.

Ada yang berlisan bijak tetapi tidak memberi teladan, 
ada juga pezina yang tampil sebagai figur panutan.

Ada yang punya ilmu tetapi tidak paham, 
ada yang paham ilmu tetapi tidak mengamalkannya.

Ada yang pintar tetapi tukang membodohi umat, 
ada yang bodoh malah sok pintar.

Ada yang beragama tetapi tidak berakhlak, 
ada yang berakhlak tetapi tidak bertuhan

Lalu di antara semua itu, 
di mana aku berada? 

(Ali bin Abi Thalib)

Aku Tidak Ingin

Keinginan dan ketidakinginan adalah sama, 
das sollen.
Izinkan aku mentransformasikannya 
mewujud das sein.

Langit Isola, gambar oleh Else

Aku tidak ingin menulis dan mempublikasikan sesuatu yang akan memberikan celah untukku menyesal di kemudian hari. Karena masa depan semisteri ini, aku tidak akan membiarkan tulisan hari ini merusak kesucian di masa nanti.

Aku tidak ingin memburu-buru dengan tindakan yang tidak perlu. Aku tidak ingin menyimpulkan masa depan semudah dengan hanya membuat tulisan. Aku tidak ingin menumpahkan angan tentang seseorang lewat sesuatu yang tidak berlandasan.