(juara 1 lomba cerita pendek GERHANA FPMIPA UPI tahun 2018)
1 Ramadhan 1434 H, pukul 16.30
Matanya
nanar menerawang kamar itu. Berbagai kenangan tumbuh subur di kepalanya. Cinta,
kasih sayang, kelembutan, dan air mata
bagaikan anak-anak sungai yang bermuara pada satu lautan : Mama.
Adegan
demi adegan pahit berlompatan di depan matanya. Keputusannya lima tahun lalu
untuk meninggalkan rumah. Meninggalkan sejuta kenangan yang bergelayut di
langit-langit rumah mereka. Meninggalkan Mama yang melepasnya dengan air mata. Meninggalkan
Papa yang tak henti mengejarnya sampai ke halte bis lima tahun silam.
|
Gambar oleh Gabby, 2015 |
Tak
ada malam tanpa ia sesak oleh rindu. Tak ada pagi tanpa ia terjebak oleh
kenangan. Keputusannya untuk pergi lima tahun silam mungkin tepat, tetapi itu
lain cerita.
Kamar itu, rumah
kenangan itu, kini kosong. Tak berpenghuni. Entah sejak kapan Papa dan Mama tak
menempati rumah itu lagi. Satu-satunya alamat yang ia ketahui untuk kembali
menyambung yang telah putus.