"Sudah kubuat semuanya mungkin untukmu. Maka sekarang sisanya, tergantung kamu," kata perempuan itu dengan tatapan mata tajam, yang entah melihat ke arah mana. Namun sepertinya, semut-semut yang menyaksikan pun ikut bergidik, merasa sedang disasar untuk jadi bahan santap malam.
Belum selesai lawan bicaranya mencerna kata-kata perempuan itu, ia kembali melanjutkan,
"Kamu, tak usahlah membuat aku tambah repot. Toh urusan kita yang lain sudah jauh lebih merepotkan. Tak perlulah ditambah-tambah dengan dirimu yang tak mau jalan saat sudah diberi lampu bahkan jembatan."
"Kita sedang hidup di dunia nyata, bukan drama korea. Percuma menatap langit yang sama kalau cuma menatap saja, nggak berusaha ke sana. Besok besok juga warna langitnya berubah. Dan kita, belum tentu masih sudi menatapnya," tumpas sang perempuan.
Sang lawan bicara, yang juga adalah seorang lelaki bermata terang, tanpa disangka menyunggingkan senyum yang membuat kelabakan sang perempuan.