"Pohon menjadi besar justru karena dipupuk dengan kotoran yang bau, dan mati perlahan justru jika disiram minyak wangi,"
Sungguh mustahil apabila hidup ini tanpa ujian. Ujian dan kehidupan bagaikan dua buah mata koin yang saling bersebelahan. Tanpa salah satunya, maka tidaklah utuh koin itu. Jika kita hidup, maka akan aneh jika kita tidak mempunyai masalah. Orang yang hidup tanpa masalah sama saja dengan orang yang 'tak hidup'.
Bersyukurlah dengan adanya ujian, dengan ujian maka level keimanan kita akan ditentukan.
Tetapi bersedihlah jika engkau terlalu banyak dipuji. Mengapa? Manusia adalah makhluk yang lemah, apabila manusia dipuji, takutnya sang manusia menjadi sombong. Padahal Allah sama sekali tidak menyukai orang yang sombong. Terlebih, pujian itu tiada lain tiada bukan adalah milik Allah SWT
Lalu bagaimana bila kita dipuji? Bagaimanapun setiap manusia senang dan ingin dipuji. Ingatlah, ketika seseorang memujimu, ucapkan alhamdulillah... dan bahkan Abu Bakar ash-Shiddiq mencontohkan doa kepada kita. Sebuah doa yang dia aminkan kala dia banyak dipuji, dan dia takut apabila pujian tersebut membuatnya manjadi makhluk yang angkuh. Inilah doa beliau,
"Allahumma laa tu-aakhidznii bimaa yaquuluun, waghfirlii maa laa ya'lamuun, waj'alnii khairan mimmaa yazhunnuun," artinya, "Ya Allah, janganlah Engkau menghukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah dosaku yang tidak mereka ketahui serta jadikanlah aku lebih baik daripada perkiraan mereka,"
Yakinlah, kita akan besar justru karena dipupuk dengan cacian, hambatan, kritikan, bahkan fitnahan. Dan kita akan layu apabila kita terlalu sering dipuji!