Minggu, 29 Juli 2012

Telur Mata Sapi


Telur mata sapi, seperti menjadi menu wajib sarapan kita setiap hari. Bentuknya yang kenyal dan aromanya yang sedap membuat perut kita bergemuruh lapar.
Tetapi apakah kita pernah berpikir, mengapa namanya 'telur mata sapi', padahal telur tersebut sama sekali tidak diproduksi oleh sapi. Pernahkah kita berpikir, seharusnya namanya adalah 'telur mata ayam' karena telur diproduksi oleh ayam. Pernahkah kita berpikir sampai sana?

Disini kita tidak akan berlarut-larut memprotes nama makanan yang entah bagaimana bisa seperti ini. Tetapi mari kita ambil hikmah dari ulasan di atas.
Ayam adalah penghasil telur, tetapi mengapa malah sapi yang dicantumkan namanya dalam salah satu hasil produksi ayam? Apakah ayam tidak protes? Apakah ayam tidak mau menggugat ke dinas kebahasaan mengenai hal ini? *abaikan
Minggu, 15 Juli 2012

Aku Rindu

sumber gambar : Sejuta Asa 
kudedikasikan puisi ini kepada kalian, yang murung dalam kegalauan, yang duka dalam pencarian.
kudedikasikan puisi ini kepada kalian, yang merindui titik terang, mimpi, dan asa...

Suatu Siang di Juni

sumber gambar : Buletin Ilalang
Sebuah memori kecil di akhir bulan Juni yang kupecahkan dalam pikiran dan kembali kurangkai bersama pena dan kertas . . .

Ironisme Kecanggihan Teknologi

sumber gambar : Blog Informasi Fahmi Zolla
Masihku ingat 3 tahun yang lalu saat situs-situs jejaring sosial belum terdengar gaungnya. Sebagian besar remaja Indonesia menggunakan fasilitas surel (surat elektronik alias email) untuk  berkomunikasi jarak jauh dengan sahabat penanya. Kebetulan aku juga salah seorang pengguna surel aktif, aku mempunyai banyak sahabat pena di berbagai belahan Indonesia. Mulai dari Cirebon, Jakarta, hingga Malang. Rasanya tiada hari tanpa bersurel-ria dengan kawanku di sana.
Tak hanya surel, banyak remaja Indonesia yang sewaktu itu rajin menggunakan fasilitas blog pribadi. Seperti Blogger, Multiply, Wordpress, dan masih banyak lagi. Luar biasa sekali rasanya kecanggihan teknologi membuat remaja Indonesia mempunyai wadah untuk berkreatifitas.

Antara Ujian dan Pujian

"Pohon menjadi besar justru karena dipupuk dengan kotoran yang bau, dan mati perlahan justru jika disiram minyak wangi,"

sumber gambar : A Convenience For All Life
Sungguh mustahil apabila hidup ini tanpa ujian. Ujian dan kehidupan bagaikan dua buah mata koin yang saling bersebelahan. Tanpa salah satunya, maka tidaklah utuh koin itu. Jika kita hidup, maka akan aneh jika kita tidak mempunyai masalah. Orang yang hidup tanpa masalah sama saja dengan orang yang 'tak hidup'.

Bersyukurlah dengan adanya ujian, dengan ujian maka level keimanan kita akan ditentukan. 
Tetapi bersedihlah jika engkau terlalu banyak dipuji. Mengapa? Manusia adalah makhluk yang lemah, apabila manusia dipuji, takutnya sang manusia menjadi sombong. Padahal Allah sama sekali tidak menyukai orang yang sombong. Terlebih, pujian itu tiada lain tiada bukan adalah milik Allah SWT

Lalu bagaimana bila kita dipuji? Bagaimanapun setiap manusia senang dan ingin dipuji. Ingatlah, ketika seseorang memujimu, ucapkan alhamdulillah... dan bahkan Abu Bakar ash-Shiddiq mencontohkan doa kepada kita. Sebuah doa yang dia aminkan kala dia banyak dipuji, dan dia takut apabila pujian tersebut membuatnya manjadi makhluk yang angkuh. Inilah doa beliau,
"Allahumma laa tu-aakhidznii bimaa yaquuluun, waghfirlii maa laa ya'lamuun, waj'alnii khairan mimmaa yazhunnuun," artinya, "Ya Allah, janganlah Engkau menghukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah dosaku yang tidak mereka ketahui serta jadikanlah aku lebih baik daripada perkiraan mereka,"

Yakinlah, kita akan besar justru karena dipupuk dengan cacian, hambatan, kritikan, bahkan fitnahan. Dan kita akan layu apabila kita terlalu sering dipuji!