Selasa, 03 Mei 2016

Meikita

halimun memudar, cahaya berpendar
delapan belas ia megar
mekar

pada kata;
rasa menjelma
doa bermakna
untuk Meikita

*

Pemeran utama hari ini. Meyday!

"Me-di-na. Eh, Mei-dina deh. Siapa ya?" itulah pertanyaanku ketika melihat daftar orang yang "bertahan" di ekskul ini setelah tiga bulan masa wajib. Aku mencoba mencari tahu. Lewat twitter kutemukan akunmu. Aku telisik wajah di display picture. Ah, ini dia orangnya! Dan setelah itu, hari-hariku berubah. Ada kamu, my May.

Kamu geli membacanya? Aku juga. Hehe. Namun, seperti kata-kata yang aku pinjam dari Dinar Fauziah pada kartu ucapan selamat hari kelahiran kamu yang ke-17, yang sampai sekarang belum aku berikan ke kamu, "3 Mei itu ga ada apa-apa sampai aku punya kamu, Mei,"

 *


Kamu Spesial

Masih ingat ketika kita untuk pertama kalinya 'sleepover'? Di tenda berkapasitas dua orang, bermalam di bukit antah berantah. Bersama Mbamin dan Mira, kita --yang notabene baru mulai berteman-- bercerita soal oppa, kecengan, crush, atau cowo idaman masing-masing, serta hal absurd lainnya. Mungkin gara-gara aku obrolan kita jadi ngawur tiada hujung. Maksud aku baik, supaya kita bisa cepat akrab. Dan benar, girls talk memang hebat. Cerita semalam bisa bermetamorfosa menjadi persahabatan selamanya. Amin.

Akhirnya sampai sekarang, Mey selalu masuk jajaran orang pertama yang tahu cerita baper aku. Kalau diingat lagi, selalu senang bisa bercerita dengan Mey. Ya, karena Mey adalah pendengar yang (lebih baik dari) baik. Mey dengan tawa absurdnya. Mey dengan celetukan lucunya. Mey dengan wajah ekspresifnya. Ah, dengan itu saja semua orang akan sangat bahagia bisa berteman dengan Mey. Aku pun tak habis pikir bagaimana Mey bisa menjadi Mey. Hehe. Yang pasti, aku tahu sekarang kalau Mey spesial karena selalu mampu membuat orang lain merasa spesial.

Bersama Mey di Gn. Puntang.
Pembaca mohon bijak dan jangan salah persepsi. Orientasiku masih normal kok :v

Oppa Cintamu

Hal lain yang spesial dari kamu adalah tingkahmu. Suatu hari kamu bisa bertingkah sangat absurd, menari-nari di markas ruang ekskul sambil bernyanyi lagunya Frank Sinatra. Di hari lain tiba-tiba chat di grup Line penuh dengan emoji love. Kamu bilang "aku sedang jatuh cinta dengan oppa". Oke. Sip. Aku mengerti seutuhnya. Serius. Perjuangkan cintamu!

Tingkahmu yang unpredictable mampu menggugah hati nurani dan semangat juang kemerdekaan siapa saja. Ah, aku dengar dari Dinar Astari kalau kamu bilang flavor dia pecel? Haha. Kalau bagiku, flavor Mey adalah "pisang coklat gulung bolu pandan". Manis. Lumer. Moodbooster-ku yang terbaik. Honestly, segala jenis pisang adalah moodbooster-ku. Hehe.


You're the Apple of My Eye

Aku berhutang amat banyak padamu, Mey. Sungguh. Jasamu pada kepanitiaan event besar kita tahun lalu amatlah besar. Dengan segala hal yang menghadang di luar ekspektasi, kamu masih tetap semangat melaluinya. Masih tetap berharap ada kabar baik yang datang menghampiri. Meskipun aku juga tahu kalau beban itu cukup berat bagimu.

Bahkan di luar itu, kamu selalu bisa menjadi orang yang paling bisa menjadi sandaranku. Memberi aku masukan. Memberi aku semangat. Membantuku dalam banyak hal. Aku sayang Mey. Bukan karena hal-hal itu, tetapi karena Mey selalu ada.

Mey, kalau kita masih sama-sama di Jatinangor, sering-seringlah bertemu ya. Biar aku tidak gampang rindu. Lama-lama jadi candu. Memang kamu mau membuatku cemburu dan menunggu?

Haha geli! Maafkan aku.

kiri ke kanan: Fia (jaket merah), Mey, Mbamin, Mira, Sami
Diklat AB. Saat pertama kita mulai menjadi sobat.
**

Pada Mei Kita Bersua Nanti

aku lihat pencakar langit sibuk menyapa rinai
ingar-bingar deru sedan dan manusia saling melerai
April hujan dan sendiri
Sinatra berputar; bernyanyi
"let me see what spring is like"

ada yang ditahan pada derai semu
kelopak matamu
menunggu April berlalu

kalau kota ini adalah setapak yang dulu kita lewati
dan bincang yang tak pernah kita sesali
aku ingin terus begini
segudang wahana belum kita jajaki
sayang tak sempat kita di sini

kalau benar ini cangkir
yang kau suguhkan saat aku nanti mampir
mungkin gandengan juga terlampir
aku amat bahagia mendapati diriku
menepi
menunggu kalau April berlalu

April berlalu
Nangor berseru
pada Mei yang kita tunggu
untuk bertemu

kutunggu ceritamu
seperti sedia dulu

***

Salam takzim,
Alifia

2 komentar:

  1. April memang berlalu, Sayang. Berlalu, berburu temu. Berjalan, melingkar bentala, supaya di sini lagilah kita kelak bersua.

    Salam,
    Aprilmu:p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Aprilku :)

      Sampai saat kita bertemu lagi, akan kuingat baik-baik, bahwa ada April yang senantiasa menjadi temu yang kutunggu.

      Hapus