Minggu, 10 April 2016

Ta Nara

Dear Ta Nara,

Menerobos hujung, melantahkan hati, mencipta kata.
Selalu, aku berusaha menerka dirimu.
Yang tak ubahnya hangat dan percik
dalam denai manusia, mencari makna.

*

Betapa lain-dari-biasanya ekspresimu ini. Aku bersyukur berhasil menjepretnya //peace :v

Dear Ta Nara, 
kalau benar tiap orang punya flavor-nya masing-masing, maka menurutku kamu adalah ...

Hmm, baiknya aku beritahu nanti, ya? Tak apa 'kan? Ya selama aku tidak tertawa lagi atas tragedi input data tanggal lahir 04-10 itu, mungkin kamu akan bersabar denganku.

Dear Ta Nara, kamu adalah salah satu manusia terfavoritku hingga kini. Entah bagaimana tentang first impression-mu bagiku dulu. Kini aku mengenalmu sebagai Dinar, penyuka warna monokrom dari Purwakarta yang tulisannya amat aku kagumi.

Salah satu hal favoritku tentangmu adalah kamu selalu berusaha "hidup" dan "menghidupkan". Bukan hanya suasana, melainkan juga manusianya. Saat dulu mengamatimu dari ranjang susun di bilik asrama putri Babussalam, aku sudah mengetahui bahwa kamu adalah seorang katalis. Mampu mencipta irama dan menarik pendek benang yang menghubungkan tiap orang. Ramuan kedekatan. Dan sampai sekarang pun kamu tetap begitu, Nar. Selalu membuatku beruntung bisa mengenal orang sepertimu.

Aku tidak mengerti datang dari mana diksimu itu. Mampu melebur dengan setiap tulisan yang kau buat. Siapapun yang membaca tulisanmu pasti akan sepakat denganku. Dari lama aku ingin menulis untukmu, tetapi aku keburu minder. Dan lagi, malah kamu bilang kalau tulisanmu tidak ada apa-apanya? Ah Nar, mengapa kamu harus membuatku semakin minder.

Akhirnya aku memutuskan untuk setidaknya sekali seumur hidup menulis untukmu, bukan tentangmu sepenuhnya mungkin, tetapi setidaknya ini untukmu. Asal kamu tahu, Nar, aku telah menunggu momen ini dari lama sekali. Mungkin lebih lama ketimbang menunggu momen untuk bisa sleepover denganmu. Hehe.

Dear Ta Nara, meski kamu tidak terlalu suka membahasnya. Aku akan selalu mendukung keputusan masa depanmu. Apakah itu menjadi insinyur, guru, atau bahkan dokter. Haha. Oke, tragedi lainnya tentang data. Oh iya, untuk soal menjadi penulis, aku yakin di suatu masa nanti aku akan dikirim buku darimu, Nar. Di sampulnya tertulis " T a  N a r a " dengan font courier ala kamu. Eh, tapi kalau diperhatikan, sekarang sudah cukup jarang buatmu menulis dengan font itu ya, Nar? Hm, yang penting kalau nanti kamu ada talkshow kepenulisan di luar negeri, jangan lupa undang aku ya, Nar. Kirim tiket pesawatnya juga, Nar. Aku serius.

Ah tetapi kapan sih kita serius. Haha. Kalau aku bersama kamu, hal paling serius yang kita bahas mungkin soal latihan UN. Sisanya? Maskeran sambil berkontemplasi tentang secret visitor blog kamu kali ya, Nar?

Meskipun begitu, sebenarnya kamu amat thoughtful sih, Nar. Bukan, bukan overthink. Menurutku sih kamu punya versi sendiri dalam mengenal manusia dan jiwa yang ada di dalamnya. Cukup berhasil untuk membuatmu mampu menemukan nasihat yang cocok untuk tiap orang, atau prediksimu yang biasanya enggak jauh itu, terutama tentang Saila-Yakta.

Ta Nara sang ENFP. Aku kurang tahu apa kamu cukup menyukai klasifikasi semacam itu. Sebenarnya sih kalau aku boleh bilang. Saat di kereta api menuju Surabaya--ketika kita menyadari bahwa aku, kamu, Rafika, dan Gabby sama-sama ENFP-- aku merasa paling enggak sinkron sama apa yang aku lihat di diri kalian. Aku jadi minder. Lagi. Terutama ketika aku melihat pada kalian--terutama pada kamu--yang selalu mampu menjadi integral. Kalau begitu apa aku diferensial? Hmm, orang-orang selalu saja masuk setelan serious mode saat bersamaku. Haha. Pulang dari Malang aku kembali mengakui diriku sebagai ENFJ, atau mungkin INFJ. Ah siapa juga sih yang peduli.

Masih ingat ini?

Sebagai seorang perempuan berdikari--dengan Girald yang udah seperti momongan sendiri--aku mengerti kalau kamu juga butuh dimengerti. Saat orang-orang tidak percaya kalau kamu sedang tidak enak badan, kamu harus berjuang berkali-kali lipat melakukan tugasmu dengan baik. Bagimu, dedikasi tetap yang utama.  Lagipula di mataku kamu amat tangguh, Nar. Bagaimana tidak tangguh seseorang yang mampu jalan jongkok tanpa alas kaki di atas jalan berbatu yang mendidih terkena terik matahari? Hmm, kamu juga menyadari, semua orang tidak begitu saja peka. Juga tidak mungkin 'kan semua orang tiba-tiba menjadi Ardji, berkata "iya aku yang salah deh," lama-lama menyebalkan juga mendengarnya. Oleh karena itu, selalu semangat ya, Nar. Seperti kata kamu, semoga selalu sehat, sukses, senang, dan semangat.

Sisanya, izinkan aku menulis lagi untukmu. Aku ingin kamu tahu kalau aku selalu menganggapmu sobat luar biasa bagiku. Seperti kata pos OA yang dulu pernah kamu share padaku, "Menulis itu tidak mudah, maka tulisan untuk seseorang merupakan tanda bahwa seseorang tersebut merasa kamu bagian penting dalam hidupnya." Ah, terima kasih untuk itu. Lagi-lagi aku belajar darimu.


kalau boleh aku cerita
umpama sajak yang sering kau kutip
"Yang Fana Itu Waktu"
menggelayut di langit hati
kau adalah momen itu sendiri

rindang, cemara hatimu teduh
ya, bukan Payung Teduh
meski itu yang suka kau dendangkan
bersama lagu Buble
kalau di sana ada aku

burung kicau kecil
dan kepompong
di Alun-Alun Malang
semoga hatimu selalu riang
meski banyak yang masih mengawang

tetaplah menjadi Ta Nara
meski pekat afonik
masih ada Ce6
ya
selalu ada harapan

tetaplah menjadi Ta Nara
menisbatkan diri untuk palamarta
panggungmu lah yang utama
menggerapai tegap rumah
tempat pulang: kedamaian cita

terima kasih 
karena telah menjadi Ta Nara 
bagi kami yang ada di sini

semoga meski kita selalu berjalan
kita tidak pernah meninggalkan

**

Oh iya, Nar, kamu akan kaget kalau aku bilang bagiku flavor-mu adalah minuman effervescent dengan seduhan hangat. Itu yang suka aku minum di tiap malam. Bukan berarti aku akan meminummu besok-besok ya. Haha. Semoga kamu tidak masalah dengan pendapatku ini. Selamat memasuki tahun ke-18 dalam hidupmu, Nar! Barakallahu fiik.

Sungkem cinta,

Tu Leliah
Alifia

***

Catatan: bagi pembaca yang penasaran dengan tulisan Ta Nara, mungkin bisa bersua dengannya di Interleaved.

0 komentar:

Posting Komentar