Minggu, 25 Juli 2021

The Detours We Need

"I don't get many things right the first time,
In fact, I am told that a lot.
Now I know all the wrong turns,
The stumbles and falls brought me here."

(Ben Folds - The Luckiest)

sudut pandang cahaya pagi

Kamis, 22 Juli 2021, pukul 19.52

Aku sama sekali tidak menyadari bahwa hari ini adalah The Announcement Day, hari pengumuman seleksi beasiswa yang sudah sebulan ke belakang membuat dadaku kembang-kempis ini. Memang dasarnya diriku adalah penganut paham "daftar-kerjakan-lupakan", wkwk, paham yang semoga membuat diri ini juga tidak banyak menaruh harap pada apa-apa yang 'ah pasti sudah dalam aturan dan takaran Yang Maha juga'. Hee, semoga ya! Well, hidup ini 'kan memang bukan tentang mengejar apa-apa yang ada di dunia, ya?

Hingga saat sedang antengnya mentoring Kamis malam, notifikasi sms masuk, pemberitahuan bahwasanya hasil seleksi sudah dapat dilihat di halaman web pendaftaran beasiswa. Silakan login pada akun masing-masing untuk melihat hasil seleksi, begitu bunyi akhir sms-nya. Oh, ternyata hari ini pengumumannya ya? Baru tahu saya, hehe.

Lalu bak dalam film beralur maju-mundur, kepalaku langsung kembali memutar adegan-adegan saat seleksi wawancara lalu, seleksi terakhir dalam beasiswa ini. Aku teringat, ada satu pertanyaan yang benar-benar membuatku bingung bagaimana cara menjawabnya. Pertanyaan yang juga membuatku merasa 'ah sepertinya memang kesempatan ini bukan untukku'. Pertanyaan yang entahlah, mungkin hanya bisa dijawab dengan cara yang amat tidak logis, eh barangkali spiritual, wk.

Pertanyaan itu adalah, "Sewaktu S1 'kan mengambil pendidikan kimia, mengapa sekarang mengambil jurusan ini?"

*
Selasa, 6 April 2021, pukul 07.40

Pernah bangun pagi dengan perasaan penuh syukur? Betul, hal ini harusnya menjadi pembiasaan, ya? Apalagi yang namanya #syukuritudidatangkan. Dan menurut banyak riset, gratefulness ini adalah kunci dari banyak hal, sebut saja: aktivitas penuh makna, relationship yang sehat, hingga hidup yang panjang dan penuh bahagia,

Namun tak bisa dipungkiri juga, yang namanya manusia adalah makhluk yang amat mudah menemukan hal untuk dikeluhkan. "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," kata Allah dalam QS. Al-Ma'arij ayat 19-20 ini. Meski tiap bercerita tentang ayat ini, biasanya aku ceritakan juga ayat-ayat sesudahnya, lalu menampar diri sendiri karenanya, "Hih Fi, yang suka ngeluh tuh bukan semua manusia, tapi manusia yang shalat-nya lagi ga bener! Shalat-mu pasti lagi ga bener deh!"

Maka pada pagi-pagi penuh syukur, kadang yang aku syukuri adalah rasa syukur itu sendiri. Huaa alhamdulillah masih Allah bukakan hatinya untuk bersyukur. Aku membuka jendela, membiarkan sepoinya angin masuk dengan sejuknya, pun cahaya pagi dengan hangatnya.

Masih ingat foto pemanis yang ada di awal postingan ini? Kalau foton-foton dalam cahaya pagi itu bisa berbicara, barangkali mereka akan berkomentar betapa nerd-nya diriku ini. Bagaimana tidak? Di dinding kamarnya saja sudah penuh dengan materi-materi kimia yang padahal hampir ga pernah kubaca. Foton-foton ini juga, barangkali mengira diriku secocok itu ya sama kimia? Sampai memutuskan memasuki jurusannya? Oh oh apakah mereka tidak tahu kalau aku memilih kimia ini dari hasil 'tang-ting-tung' saat melihat buku kumpulan passing grade-nya tempat bimbel, wk?

Jadi menurutmu sekarang memasuki jurusan ini bukan pilihan yang tepat ya, Fi?

Eh, bukan gitu, sama sekali bukan. Justru untuk alasan-alasan tertentu, menjadi bagian dari mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2016 ini adalah salah satu pilihan yang amat tepat dalam hidupku. I have never regretted this choice, not even once. Namun ada yang perlu diingat juga nih sama kita-kita perihal memilih ini, bahwasanya ada yang lebih penting ketimbang memilih pilihan yang tepat, yakni memilih pilihan yang kita siap tanggung konsekuensinya.

Because as an ordinary people, we will never know which way is the correct one, but as long as we understand and ready for the consequences, I think we'll always be alright, right?

**

Sabtu, 29 Mei 2021, pukul 22.44

Hidup dipenuhi dengan jalan-jalan memutar yang sungguh kita butuhkan;
Jangan menyesal jika perjalanan menuju mimpimu menjadi lebih lama dan panjang,
kadang justru kita membutuhkannya agar dapat mengalami hal-hal yang tepat, agar dapat bertemu dengan orang-orang yang juga tepat.

Orang bijak berkata, "Ada banyak jalan menuju Roma." Artinya ya seperti yang sudah-sudah, untuk mencapai suatu tujuan, caranya ada beragam. Namun ada hal lain yang mungkin harus kita pahami dari sana, bahwa ternyata, di antara ragamnya cara tersebut, ada cara-cara yang mengharuskan kita berputar jauh sekali dari tujuan asalnya. Ada juga cara yang sepertinya tidak akan pernah menyampaikan kita ke tujuan tersebut, eh tapi ajaibnya tetap sampai juga. Lebih aneh lagi, ada cara-cara yang membuat kita sadar belakangan soal tujuan sebenarnya. Hehe.

Di antara cara-cara itu, mungkin banyak yang berada di luar nalar terbatas kita. Membuat kita kepalang bingung memahami bagaimana bisa ya dari A sampai ke 10, bukan lagi A sampai ke B lho ya, ingat A sampai ke 10! Alfabet ke angka, wk. Untuk dipahami sendiri saja sudah membingungkan, apalagi menjelaskannya ke orang-orang. But when we knew, we knew. Oh ya memang ternyata harus begini ya jalannya.

Namun setelah semuanya, insyaAllah kita akan menyadari lebih utuh bagaimana gambar puzzle-nya.
“Life can only be understood backwards, but it must be lived forwards” - orang bijak lainnya

Maka begitulah, semoga kita selalu menjadi pribadi penuh syukur, karena menyadari se-ngadi-ngadi apapun kita, Allah tidak akan pernah main-main menciptakan skenario demi skenario dalam hidup kita, bukan?

Dan semoga tiap akhir dan awal hari berikutnya, kita senantiasa merenungi kekata Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah yang indah ini,

"Andaikan kamu mengetahui bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya."

Meleleh karena cinta. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah.

***

0 komentar:

Posting Komentar