Copyright © Catatan Alifia
Design by Dzignine
Minggu, 20 Mei 2018

#30HariBercerita || "Teh, beri aku nasihat,"


(sebuah fiksi mini)

"Teh, beri aku nasihat," suatu hari aku, dengan sekelumit pikiranku, mengirim pesan melalui salah satu platform media sosial. Pesan yang ditujukan kepada seseorang yang kukenal kaya akan hikmah.

Pesan itu ceklis dua. Menandakan sudah terkirim dengan sempurna. Tinggal menunggu dibaca.

Sembari menunggu, kutaruh ponsel jauh-jauh. Saat itu kepalaku sudah mumet. Urusanku banyak yang seret. Hati sudah tak karuan. Mulai timbul banyak kegamangan.

Ya, aku merasa sedang jatuh sejatuh-jatuhnya.

Brrt... Brrtt... Ponselku bergetar.

Dua pesan bernotifikasi hijau masuk ke ponselku. "Ada masalah apa, Nis?" kata pesan di baris pertama, "Teteh bisa bantu apa?"

"Beri aku nasihat, Teh. Apa saja. Aku lagi jatuh, Teh. Aku banyak mengacau," tulisku singkat. Langsung ceklis biru, telah dibaca oleh si penerima.

Beberapa detik selanjutnya terlihat bahwa penerima pesan sedang mengetik dengan amat panjang.

Brrt... Brrtt... Ponselku kembali bergetar.
Masuk sebuah pesan panjang:

"Nis... Kejatuhan, kegagalan, rasa down, semua itu penyeimbang hidup. Semua agar kita lebih tawadhu', nggak sombong, dan paham bahwa kita punya banyak kelemahan,"

"Bersyukurlah. Allah lagi melatih kita agar nggak sombong saat hal-hal baik nanti menyapa. Lagi melatih kita agar lebih ngencengin pegangan. Melatih kita agar nggak mengandalkan diri sendiri, nggak juga mengandalkan orang lain, tetapi hanya mengandalkan Allah."
.
"Nis, kamu nggak akan mampu mengerjakan semuanya, apalagi kalau Allah tidak menyerta. Maka selalu libatkan, libatkan Ia, karena Ialah yang akan memampukan kamu nanti,"
.
Begitulah. Pesan itu, kubaca lagi dan lagi.


Kubaca sampai kupahami, bahwa di atas semua wewarna kehidupan, syukur selalu dapat didatangkan. Hikmah selalu mampu dihadirkan.


0 komentar:

Posting Komentar